Pages

Atas Nama Cinta Seorang Ayah


Dia yang dulu begitu gagah,
Yang tak gentar menghadapi apapun.
Dia yang dulu tak pernah meteskan airmatanya.
Kini berlinang airmata dalam do’anya.

Seorang lelaki yang biasa kita panggil ayah. Yang bagi sebagian orang begitu pendiam, yang bagi beberapa lelaki lain tampak sangar. Yang kadang tak pernah memberikan senyuman ketika seorang anak gadisnya diapelin pria lain. Itulah sosok ayah yang begitu menyayangi anaknya.
Pernahkah anda terbangun ditengah-tengahnya malam. Melihatnya duduk bersila, begitu khusuk berdoa hingga terjatuh airmatanya. Terisak tangisnya, memohon kepada-Nya. Memanjatkan do’anya agar anaknya bahagia dunia akherat. Agar si anak selalu dalam lindungan-Nya, yang begitu berharap anak-anaknya berhasil dalam kehidupnya.
Bagi sebagian orang, mungkin jarang melihat ayah tersenyum bahagia ketika kita meraih mimpi kita. Tapi lihatlah pada saat malam menjelang. Dalam do’anya dia tersenyum indah. Tersenyum kepada-Nya, dan tak henti-hentinya kata “Alhamdulillah” keluar dari bibirnya yang menghitam.
Bagi sebagian orang mungkin juga jarang mendengar kata “sayang” atau “rindu” bahkan “bangga” terucap dari tenggorokannya. Tapi lihatlah ia, ketika si anak pergi meninggalkan rumah, mengadu nasib di antah berantah, tiap malam ia tidur di tempat tidurmu, tiap malam ia memandangi foto mu, mengenakan jaket kesayanganmu. Coba dengarkan apa yang beliau bincangkan dengan ibunda. Pasti terselip pujian dan gumaman bahwa ia bangga mempunyai seorang anak sepertimu.

Seorang ayah, ya….ayah. Dia tidak seperti sang ibu yang tak kuasa mengatakan rindu setiap saat beliau menelponmu, ayah hanya terdiam sambil mendengarkan. Coba selaim hatinya, pasti terselip rasa bangga, rasa rindu ingin memelukmu.
Pernah kah kamu mendengar nada suara ayahmu meninggi, yang kadang suaramu tak kalah tingginya. Kalau anda merasakannya, dalam setiap nada yang tinggi itu, tersimpan harapan supaya anda menjadi seseorang yang sama seperti dalam mimpinya.
Ayahmu pernah bilang “makanlah nak, ayah belum lapar.” Dalam hatinya terucap, “ayah memang lapar, tapi kamulah nak yang lebih membutuhkan makanan itu.”

Ketika tugasnya telah usai dalam mencari rizki untuk mendewasakanmu, hanya satu hal yang beliau benar-benar inginkan. “telponlah ayah setiap kamu ada kesempatan. Pulanglah kamu ketika liburan tiba.” Tapi apa, kita terlanjur mencintai seseorang yang kini menjadi tanggung jawab kita. Seorang istri yang selalu mendampingimu. Kita lebih mencurahkan perhatian kita, tapi anda jangan pernah lupakan, seumur hidupmu, apa yang kamu berikan kepadanya tak pernah cukup untuk menggantikan apa yang pernah beliau keluarkan untukmu.
Satu hal yang harus anda lakukan, peluklah dia seperti dia memelukmu dan katakan “aku bangga mempunyai ayah sepertimu, aku merindukan setiap nada amarahmu. Aku menyayangimu…ayah.”

-Teruntuk Ayahku, maaf aku belum bisa menjadi seperti yang kau harapkan.-

2 comments:

Wakijo said...

abis ini mesti artikele judule : ATAS NAMA CINTA SEORANG LEHOR....xixixixiixiix

Prihanto said...

:hammer

:)) for ;)) for ;;) for :D for ;) for :p for :(( for :) for :( for :X for =(( for :-o for :-/ for :-* for :| for 8-} for :)] for ~x( for :-t for b-( for :-L for x( for =)) for :) for :$ for ;) for :( for :D for :p for :k for :@ for :# for :x for :o for :imalu for :itakut for :ipeace for :ibingung for :d for

Post a Comment