Dia yang dulu begitu
gagah,
Yang tak gentar
menghadapi apapun.
Dia yang dulu tak
pernah meteskan airmatanya.
Kini berlinang airmata
dalam do’anya.
Seorang lelaki yang biasa kita
panggil ayah. Yang bagi sebagian orang begitu pendiam, yang bagi beberapa
lelaki lain tampak sangar. Yang kadang tak pernah memberikan senyuman ketika
seorang anak gadisnya diapelin pria
lain. Itulah sosok ayah yang begitu menyayangi anaknya.
Pernahkah anda terbangun
ditengah-tengahnya malam. Melihatnya duduk bersila, begitu khusuk berdoa hingga
terjatuh airmatanya. Terisak tangisnya, memohon kepada-Nya. Memanjatkan do’anya
agar anaknya bahagia dunia akherat. Agar si anak selalu dalam lindungan-Nya,
yang begitu berharap anak-anaknya berhasil dalam kehidupnya.
Bagi sebagian orang, mungkin
jarang melihat ayah tersenyum bahagia ketika kita meraih mimpi kita. Tapi
lihatlah pada saat malam menjelang. Dalam do’anya dia tersenyum indah.
Tersenyum kepada-Nya, dan tak henti-hentinya kata “Alhamdulillah” keluar dari
bibirnya yang menghitam.
Bagi sebagian orang mungkin juga
jarang mendengar kata “sayang” atau “rindu” bahkan “bangga” terucap dari
tenggorokannya. Tapi lihatlah ia, ketika si anak pergi meninggalkan rumah,
mengadu nasib di antah berantah, tiap malam ia tidur di tempat tidurmu, tiap
malam ia memandangi foto mu, mengenakan jaket kesayanganmu. Coba dengarkan apa
yang beliau bincangkan dengan ibunda. Pasti terselip pujian dan gumaman bahwa
ia bangga mempunyai seorang anak sepertimu.
Seorang ayah, ya….ayah. Dia tidak
seperti sang ibu yang tak kuasa mengatakan rindu setiap saat beliau menelponmu,
ayah hanya terdiam sambil mendengarkan. Coba selaim hatinya, pasti terselip
rasa bangga, rasa rindu ingin memelukmu.
Pernah kah kamu mendengar nada
suara ayahmu meninggi, yang kadang suaramu tak kalah tingginya. Kalau anda
merasakannya, dalam setiap nada yang tinggi itu, tersimpan harapan supaya anda
menjadi seseorang yang sama seperti dalam mimpinya.
Ayahmu pernah bilang “makanlah
nak, ayah belum lapar.” Dalam hatinya terucap, “ayah memang lapar, tapi kamulah
nak yang lebih membutuhkan makanan itu.”
Ketika tugasnya telah usai dalam
mencari rizki untuk mendewasakanmu, hanya satu hal yang beliau benar-benar
inginkan. “telponlah ayah setiap kamu ada kesempatan. Pulanglah kamu ketika
liburan tiba.” Tapi apa, kita terlanjur mencintai seseorang yang kini menjadi
tanggung jawab kita. Seorang istri yang selalu mendampingimu. Kita lebih
mencurahkan perhatian kita, tapi anda jangan pernah lupakan, seumur hidupmu,
apa yang kamu berikan kepadanya tak pernah cukup untuk menggantikan apa yang
pernah beliau keluarkan untukmu.
Satu hal yang harus anda lakukan,
peluklah dia seperti dia memelukmu dan katakan “aku bangga mempunyai ayah
sepertimu, aku merindukan setiap nada amarahmu. Aku menyayangimu…ayah.”
-Teruntuk Ayahku,
maaf aku belum bisa menjadi seperti yang kau harapkan.-
2 comments:
abis ini mesti artikele judule : ATAS NAMA CINTA SEORANG LEHOR....xixixixiixiix
:hammer
Post a Comment